Selamat Datang

Blog ini dibuat untuk menjadi tempat berbagi proses belajar saya dalam penulisan karya kreatif sekalian pemahaman bahasa asing, yaitu dengan menerjemahkan. Hasil terjemahan dalam blog ini semata untuk kepentingan belajar dan tidak dikomersialkan. Terima kasih sudah berkunjung.

Pengarang/Penerjemah

Agus Kurniawan (1) Aimee Bender (2) Alan Gratz (1) Alberto Manguel (1) Alejandro Zambra (1) Alex Patterson (1) Alexa Firat (1) Alexandre Najjar (1) Alice Guthrie (1) Alice Walker (1) Aliza Shevrin (1) Ambika Rao (1) Ambrose Bierce (1) Amelia Gray (1) Amy Hempel (1) Anders Widmark (2) Andrea G. Labinger (1) Ann Beattie (1) Anna Sophie Gross (1) Anne McLean (1) Aoi Matsushima (1) Bel Kaufman (1) Brandon Geist (5) Catherine Rose Torres (1) César Aira (1) Charlotte-Arrisoa Rafenomanjato (1) Chiba Mikio (1) Chimamanda Ngozi Adichie (1) Chris Andrews (1) Christopher Moseley (1) Clark M. Zlotchew (6) Cynthia Ozick (1) David Herbert Lawrence (2) David Karashima (1) Dayeuh (2) Donald A. Yates (1) Dorothy Parker (1) Dorthe Nors (1) Ed Park (1) Elizabeth Harris (1) Estelle Gilson (1) Fernando Sorrentino (15) FiFadila (1) Fiona Barton (1) Francis Marion Crawford (2) Fumiko Enchi (1) Gabriel Gárcia Márquez (1) Giulio Mozzi (1) Grace Paley (1) Gregory Conti (1) Gregory Rabassa (1) Guillermo Fadanelli (1) Guillermo Martínez (1) Hari Kumar Nair (1) Haruki Murakami (24) Hector Hugh Munro (Saki) (2) Helena Maria Viramontes (1) Herbert Ernest Bates (1) Hitomi Yoshio (1) Ian MacDonald (1) Iris Maria Mielonen (1) Isaac Bashevis Singer (1) Italo Calvino (1) Jack Kerouac (2) Jacob dan Wilhelm Grimm (1) James Patterson (1) James Thurber (5) Jay Rubin (13) Jean Rhys (1) John Cheever (1) John Clare (1) John Updike (1) Jonas Karlsson (1) Jonathan Safran Foer (1) Jonathan Wright (1) Jorge Luis Borges (1) Juan José Millás (1) Julia Sherwood (1) K. S. Sivakumaran (1) Kalaivaathy Kaleel (1) Karunia Sylviany Sambas (1) Kate Chopin (1) Katherine Mansfield (1) Keiichiro Hirano (5) Kevin Canty (1) Khaled Hosseini (1) Khan Mohammad Sind (1) Kurahashi Yumiko (1) László Krasznahorkai (1) Laura Wyrick (27) Laurie Thompson (1) Laurie Wilson (1) Lawrence Venuti (1) Liliana Heker (1) Lindsey Akashi (27) Liza Dalby (1) Lorrie Moore (5) Louise George Kittaka (1) Lynne E. Riggs (1) Mahmud Marhun (1) Malika Moustadraf (1) Marek Vadas (1) Marina Harss (1) Mark Boyle (25) Mark Twain (2) Marshall Karp (1) Martin Aitken (1) Massimo Bontempelli (1) Megan McDowell (1) Megumi Fujino (1) Mehis Heinsaar (1) Michael Emmerich (1) Michele Aynesworth (3) Mieko Kawakami (1) Mihkel Mutt (1) Mildred Hernández (1) Mitsuyo Kakuta (1) Morgan Giles (1) Na’am al-Baz (1) Naoko Awa (1) Naomi Lindstrom (1) Norman Thomas di Giovanni (1) Novianita (1) O. Henry (1) Ottilie Mulzet (1) Pamela Taylor (1) Paul Murray (54) Paul O'Neill (1) Pere Calders (1) Peter Matthiessen (1) Peter Sherwood (1) Philip Gabriel (11) Polly Barton (1) Ralph McCarthy (1) Ramona Ausubel (1) Ray Bradbury (3) Raymond Carver (2) Raymond Chandler (2) Rhett A. Butler (1) Robert Coover (3) Rokelle Lerner (232) Ruqayyah Kareem (1) Ryu Murakami (1) Ryuichiro Utsumi (1) S. Yumiko Hulvey (1) Sam Malissa (1) Saud Alsanousi (1) Sebastiano Vassalli (1) Selina Hossain (1) Sergey Terentyevich Semyonov (1) Shabnam Nadiya (1) Sherwood Anderson (1) Shirin Nezammafi (1) Shun Medoruma (1) Sophie Lewis (1) Stephen Chbosky (10) Stephen Leacock (1) Susan Wilson (1) Tatsuhiko Takimoto (27) Thomas C. Meehan (2) Tobias Hecht (1) Tobias Wolff (1) Tomi Astikainen (40) Toni Morisson (1) Toshiya Kamei (2) Ursula K. Le Guin (1) Vina Maria Agustina (2) Virginia Woolf (1) W. H. Hudson (1) Wajahat Ali (1) Widya Suwarna (1) William Saroyan (1) William Somerset Maugham (1) Yu Miri (1)

Bongkar Arsip

Perjalanan Ulang-alik Shuya (Liza Dalby, 2012)

Saat itu bulan Maret. Tahun pertamanya di SMA hampir berakhir. Tadinya Shuya mengira dia tidak akan sanggup menahan perjalanan panjang pulan...

20210926

Just Wan-derful (Louise George Kittaka, 2012)

Kabar baik: Takeshi “Tak” Matsumoto kelas delapan baru saja mendapat peran utama untuk sebuah acara serial di TV nasional Jepang. Kabar buruk: pemain pendampingnya adalah seorang mas-mas yang pada waktu luangnya menjadi model kover novel percintaan, seorang mbak-mbak yang suaranya kayak Minnie Mouse pakai helium, serta seekor anjing berwarna ungu.

Catatan pribadi: Cari tahu apa kontrak yang ditandatangani Mum dengan studio TV itu mengikat.

 

=

 

Awalnya ibunya lah yang punya gagasan untuk mendaftarkan Tak dan adik perempuannya, Keina, ke agen pencari bakat. Keina langsung mendapat beberapa pekerjaan sebagai model, tapi Tak sudah terlalu besar untuk sampel ukuran standar pakaian anak-anak, sehingga dia tidak kebagian apa-apa. Kadang-kadang agen tersebut menelepon ketika ada audisi ini itu, namun biasanya Tak terlihat kurang menyerupai anak Jepang ketika mereka inginnya anak Jepang, dan kurang menyerupai gaijin ketika mereka inginnya anak gaijin. Ibunya dari Selandia Baru sedangkan ayahnya orang Jepang. Mendapat label “blasteran” tidak menyinggung Tak, namun merisaukan ibunya. Ibunya sering kali perlu menjelaskan kepada orang-orang Jepang bahwa “bikultural” adalah istilah yang lebih tepat bagi anak-anak seperti Tak dan Keina.

 

=

 

Ketika orang dari agen tersebut menelepon pada Februari mengenai audisi itu, Tak tidak begitu bersemangat. Mereka memberi tahu ibunya bahwa pekerjaannya adalah mengisi suara untuk acara anak-anak di TV. Tapi karena Tak sedang berusaha menabung untuk membeli peralatan DJ, dia setuju untuk mencobanya.

            Audisinya dilakukan sepasang-sepasang cewek-cowok. Tak dipanggil bersama seorang cewek blasteran yang mengatakan dia kelas delapan sebuah sekolah internasional. Tak cuma mengenakan kaus dan celana baggy, namun cewek itu berdandan ala majalah fesyen remaja dungu yang digila-gilai Keina. Tak segera saja mendapati cewek itu sebagai “cewek chanto shita”—julukannya untuk cewek-cewek sangat menyebalkan yang berusaha bertingkah sempurna. Wajah cewek itu meringis lebar sepanjang waktu, yang mungkin dipikirnya membuat dia terlihat imut. Sebenarnya ringisan cewek itu membuatnya terlihat lagi sembelit, pikir Tak.

            Bapak dan ibu yang memandu audisi itu meminta mereka menyanyikan “Twinkle Twinkle Little Star”, kemudian membaca dialog dalam bahasa Inggris. Tentu saja, si Cewek Chanto Shita melakukan semuanya secara sempurna. Tak memutuskan untuk bersenang-senang saja. Musik pengiring lagu tersebut terlalu tinggi, sehingga dia menyanyikannya dengan suara falsetto[1]. Dan walaupun dia mampu berbicara dalam bahasa Inggris selayaknya anak kelas delapan, Tak bersekolah di sekolah Jepang biasa, sehingga dia tidak bisa membaca bahasa Inggris sama lancarnya. Ia menggunakan aksen palsu untuk menyamarkan kata-kata yang sulit dia ucapkan. Seketika itu, kedua pewawancara tersebut terpingkal-pingkal, namun si Cewek Chanto Shita tersenyum tegang—ia sama sekali tidak menyukai guyonan Tak. Tak pun tidak ambil pusing.

Catatan pribadi: Jangan pernah pacaran sama cewek chanto shita.

 

=

 

Tak mengira telah benar-benar dan sungguh-sungguh mengacaukan audisi tersebut, sehingga kejutan pertamanya adalah ketika si agen menelepon tiga hari kemudian untuk memberitahukan bahwa dia memperoleh pekerjaan itu. Kejutan kedua adalah dia batal memerankan pengisi suara—dia ditawari salah satu peran utama dalam acara pendidikan bahasa Inggris yang ditayangkan berkala. Ibunya segera saja sangat bersemangat dan mulai mengoceh “putraku jadi bintang!” sementara ayahnya seperti biasa berpidato supaya kegiatannya itu tidak mengganggu sekolah. Keina jelas-jelas cemburu.

            Salah seorang staf agen pencari bakat tersebut menemani Tak dan ibunya melakukan rapat di studio TV. Acaranya akan difilmkan di markas besar AJE-TV (All Japan Education Television) di pusat Shibuya. Produser memberi tahu mereka acaranya berjudul Wan-derful English dan ditujukan kepada anak-anak SD Jepang. Kemudian ia menjelaskan “konsep” acaranya: Ada keluarga Amerika yang pindah ke Tokyo dan memelihara seekor anjing robot, kemudian mereka harus “mengajari” robot itu bahasa Inggris.

Catatan pribadi: Wan-derful English? Orang dibayar buat bikin judul begitu?

 

=

 

Tak ditanya mengenai jadwalnya dan ia memberi tahu mereka bahwa tiap Minggu ia tidak bisa, karena pada hari itu tim rugbinya berlatih. Tapi ia tidak berkeberatan apabila mesti bolos sekolah. Lantas ibunya menyela dan menanyakan apakah pengambilan gambar acara itu akan diadakan pada liburan musim panas, karena pada waktu itu keluarga mereka selalu berkunjung ke rumah kakek-nenek Tak dan Keina di Selandia Baru. Produser bilang bahwa pengambilan gambar untuk keseluruhan acara serial itu akan dituntaskan pada pertengahan Juli, dan mereka paham bahwa liburan musim panas itu penting bagi “keluarga gaijin”. Ibu Tak kelihatannya tidak begitu senang, dan mulai menerangkan bahwa istilah yang benar adalah “keluarga bikultural Jepang-Selandia Baru”, namun untunglah, si produser ada rapat lain yang mesti dia hadiri sehingga Tak berhasil lepas dari situasi yang lebih memalukan.

Catatan pribadi: Jangan bawa-bawa Mum ke studio lagi.

 

=

 

Minggu berikutnya, ibu Tak harus datang ke kantor agen pencari bakat untuk menandatangani kontrak Tak dengan acara tersebut, sementara Tak dipanggil datang ke studio itu lagi untuk berjumpa dengan para aktor lainnya. Tak memberikan instruksi ketat pada ibunya supaya sekadar mengantar dia kemudian menunggu sampai ia menelepon ketika sudah selesai.

            Yang menjadi “Dad” bagi Tak di acara TV itu adalah Trent dari LA, yang mengajarkan hot yoga[2] ketika sedang tidak menjadi model atau aktor. Trent memberikan kartunya pada Tak, mengatakan bahwa ia finalis di suatu kontes daring untuk memilih model kover suatu novel percintaan. Yang menjadi “Mom” adalah Narelle dari Sydney, dan ketika bicara suaranya nyaring sekali selazimnya guru wanita yang mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak-anak kecil. Awalnya Tak penasaran apakah Narelle itu memang pintar mendalami perannya, tapi kemudian dia menyadari bahwa suara asli wanita tersebut memang begitu. Telinganya jadi sakit. Baik “Dad” maupun “Mom” sama-sama tidak sehari pun terlihat berusia di atas tiga puluh tahun. Anggota pemain tetap lainnya adalah mbak-mbak bernama Shana, yang sama-sama “blasteran” seperti Tak. Tak sudah pernah melihat dia di TV. Shana terlihat cukup ramah, kalau saja Tak bisa menerima kenyataan bahwa perempuan itulah yang mengisi suara si anjing robot.

            Karater Tak bernama “Jimmy Johnson”. Orang yang mengarang nama itu pastilah sudah menghabiskan banyak waktu, pikir Tak. Adapun si anjing robot, namanya Wan-chan, atau “Guguk” dalam bahasa Jepang. Setidaknya sekarang Tak paham permainan kata di balik “Wan-derful English”—masuk akal juga, kayaknya sih. Wan-chan dirancang oleh seorang pakar robotika ternama dari Universitas Tokyo, Profesor Handa. Anjing itu sendiri dirahasiakan dari para pemeran serta sebagian besar kru dan baru akan “diungkapkan” pada hari pertama latihan.

            “Aku menuliskan alamat situs kontes model kover di kartu yang kuberikan padamu!” seru Trent ketika Tak hendak meninggalkan studio. “Pastikan kamu buka internet dan memberikan suara untukku, ya!”

Catatan pribadi: Pastikan untuk menghilangkan kartu namanya di perjalanan pulang.

 

=

 

Lewat faks, agen tersebut mengirimkan jadwal latihan dan pengambilan gambar selama bulan pertama. Pada dasarnya latihan dilakukan tiap Kamis malam dari pukul 5 sampai 9, sedangkan pengambilan gambar tiap Sabtu dari pukul 10 pagi hingga “sepanjang yang diperlukan”. Tak senang karena tiap Minggu kosong untuk acara rugbi, sedang ayahnya senang karena Tak tidak perlu bolos sekolah.

            Pada pertengahan Februari tibalah skrip untuk dua episode pertama, karena mereka akan mengambil gambar dua episode sekaligus dalam sekali waktu, mulai pada akhir minggu itu. Episode pertama berkisar pada seorang teman yang memberi keluarga Johnson si anjing robot sebagai hadiah “selamat datang ke Jepang”. Selain itu, ada dialog tambahan di akhir untuk situs web interaktif acara itu.

            Tak baru menerima skrip tiga hari sebelum latihan Kamis pertama. Walaupun pada awalnya dia tergelak karena bahasa Inggrisnya yang sangat disederhanakan itu, pada Kamis itu ia agak bersyukur karena dua episode pertama kebanyakan isinya cuma dialog-dialog seperti, “Hi, my name is Jimmy! Nice to meet you!” dan “I’m fine, thanks! How are you?

            Latihan Kamis bertempat di ruang rapat. Ketika Tak masuk, ia melihat si bintang acara itu sedang duduk di meja, Wan-chan. Robot itu berukuran seperti pudel kecil, tapi telinganya panjang seperti seekor anjing spaniel sedangkan ekornya pencabut sumbat botol. Yang paling aneh justru warnanya—ungu terang. Ketika melihat Tak datang, Profesor Handa menekan alat pengendali jarak jauh sehingga tahu-tahu Wan-chan berdiri dan berjalan melintasi meja. Ia berhenti di depan Tak dan mengangkat tangan kanannya.

            Tak melonjak saat si robot bilang, “Hello, Tak!” Lantas ia menyadari bahwa itu suara Shana.

            Yoroshiku. Nice to meet you. But I’m not Tak, I’m Jimmy.” Semua orang tertawa dan bertepuk tangan.

Catatan pribadi: Pastikan tidak ada anak di sekolah yang tahu aku main di acara aneh parah begini.

 

=

 

Minggu pertama berlalu secara kabur bagi Tak. Setelah latihan pertama, si produser menginginkan banyak perubahan, sehingga skrip yang telah diperbarui dikirimkan lewat faks pada Jumat sore. Sabtunya Tak menghabiskan seharian di studio, dan ia tidak dapat memercayai betapa lamanya yang diperlukan untuk membuat dua acara TV berdurasi lima belas menit. Ia makan siang dan makan malam bersama para pemeran Wan-derful English di studio, dan ketika akhirnya dia pulang pada pukul sepuluh Sabtu malam itu, ia berguling kelelahan di tempat tidur. Berat rasanya bangun pada keesokan harinya untuk latihan rugbi. Ia lega liburan musim semi sudah dekat.

 

=

 

Tak memerhatikan ada karakter baru yang bergabung untuk episode ketiga. Skripnya mengatakan, “Jo, sepupu Tak yang berusia 13 tahun dari Amerika Serikat, berkunjung dan tinggal bersamanya di Tokyo.” Sepertinya ini kabar baik—ada anak lain seumuran dia di acara ini mungkin bisa memudarkan kesan “aneh” yang dirasakan Tak.

            Ketika dia tiba di latihan berikutnya, dalam keadaan terengah-engah dan berkeringat akibat berlari sepanjang jalan dari stasiun bawah tanah, ia tidak melihat ada tanda kehadiran cowok yang memerankan Jo. Ia duduk di meja dekat Narelle dan merogoh-rogoh tasnya untuk mengambil skrip. Ia mendapati skripnya di dasar tas renyuk dan lembap, setelah menyadari botol minumannya bocor.

            Seorang cewek terdengar berteriak, “Ohayo gozaimasu!” Tak tahu orang-orang TV pada menyapa satu sama lain dengan “Selamat pagi!” ketika memasuki studio, sekalipun saat malam, tapi dia terus saja lupa melakukannya. Begitu mendongak untuk melihat siapakah pemilik suara itu, ia mengerang keras-keras. “Jo” itu cewek? Si Cewek Chanto Shita!

            Salah seorang produser memperkenalkan si pendatang baru. “Semuanya, ini Rena. Ia akan memainkan peran sepupu Jimmy, ‘Joanna’ atau ‘Jo’.”

            Rena membungkuk sopan kepada semua orang lalu memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Trent mengejap tidak senonoh dari seberang meja, sementara Narella menyenggol rusuk Tak dengan sikunya. “Dia manis, ya!”

            Rena diarahkan ke tempat duduk kosong yang berhadapan dengan Tak. Begitu duduk, cewek itu mengernyitkan hidung dan agak mengernyit. Tak mengira dia masih berbau keringat.

            “Enggak disangka bakal ketemu kamu di sini,” Tak berkomentar.

            “Aku yang enggak menyangka bakal ketemu kamu,” Rena menjawab ketus, sambil mengeluarkan map plastik merah jambu dengan skrip terbaring rapi di dalamnya. Tak merenggut skripnya sendiri yang koyak dan memalingkan muka.

Catatan pribadi: Lain kali bawa kantong plastik. Cewek ini bikin mau muntah saja.

 

=

 

Setelah liburan musim semi, tahun ajaran baru di Jepang dimulai pada awal April. Tak naik ke kelas sembilan, tahun terakhir di SMP. Semua gurunya tiba-tiba mulai membicarakan tentang ujian masuk SMA yang akan dihadapi Tak dan teman-teman sekelasnya dalam waktu kurang dari setahun lagi. Di antara latihan dan pengambilan gambar untuk acara TV, rugbi, dan PR, hari-hari terbang memelesat.

            AJE-TV mulai mengudarakan acara itu pada Selasa sore pertengahan April, sebagai bagian dari jadwal program untuk tahun ajaran baru. Ibu Tak merekam acara pertama di pemutar DVD, dan seluruh keluarga pun duduk menontonnya setelah makan malam hari itu. Acaranya ternyata menghibur juga walaupun ganjil, bahkan ayah Tak tertawa keras-keras di beberapa bagian.

            Karena teman-teman Tak pada sibuk semua seusai sekolah dengan aktivitas ekstrakurikuler atau belajar di bimbel, ia cukup percaya diri bahwa tidak seorang pun dari mereka bakal menonton acara itu. Ibunya dan Keina ngebet memberitahukannya kepada teman-teman mereka, tapi Tak memaksa mereka bersumpah agar merahasiakannya.

 

=

 

Karena semakin akrab dengan para anggota pemain lainnya, Tak mulai menikmati menongkrong bareng mereka. Trent sama-sama berminat pada musik hiphop dan berteman dengan salah satu DJ ternama di Tokyo. Ia berjanji mengajak Tak ke acara musik kapan-kapan. Narelle, setelah Tak terbiasa dengan suaranya yang berdenyit itu, ternyata lucu dan mengetahui banyak lelucon bagus. Shana menjadi pemeran tetap lain sebagai pembawa sebuah acara musik dan menghibur Tak dengan cerita-cerita tentang para penyanyi serta grup yang pernah dia jumpai.

            Tak bahkan menyenangi Wan-chan. Bekerja bersama pemain pendamping robot tidak selalu berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pengambilan gambar terhenti ketika ada yang gagal berfungsi, sehingga Profesor Handa mesti lari ke dalam set dan mengutak-atik ciptaannya sampai masalah teratasi.

            Di satu adegan Wan-chan sedang berjalan di sepanjang meja makan keluarga Johnson, namun perkiraan waktu Profesor Handa dengan alat pengendali jarak jauhnya tidak tepat sehingga ia tidak menghentikan robot itu cukup cepat. Wan-chan berjalan melewati pinggir meja jatuh menubruk lantai studio. Para pemeran dan kru terpana ngeri melihatnya karena robot kecil terbelah dua tepat di tengah.

            Profesor Handa pun tergopoh-gopoh menghampiri ciptaannya dan dengan sedih kedua lengannya menimang kedua belahan itu. “Sepertinya ini tidak bisa selesai diperbaiki hari ini,” gumamnya seraya menggeleng-geleng.

            Itai! Sakit!” Shana membubuhkan adlib dengan suara Wan-chan, sehingga gelombang tawa meredakan ketegangan.

            Produser dan penulis berkumpul bersama Profesor Handa kemudian mengumumkan bahwa jadwalnya terlalu padat kalau ditunda. Semua adegan Wan-can akan diambil dari sisi kanan, yang kerusakannya lebih kecil. Tidak akan ada pengambilan gambar jarak dekat bagi anjing itu, sedang adegan-adegan yang mana dia seharusnya bergerak pun segera saja ditulis ulang.

Catatan pribadi: Sepertinya acara mesti tetap berjalan—biarpun bintangnya sudah terbelah dua.

 

=

 

Masalahnya tinggal Rena. Tak benar-benar tidak dapat bergaul dengan dia. Rena selalu menghafal dialognya dengan sempurna dan jarang mengacau, seperti Tak. Para pemeran dan kru yang lain maklum ini acara TV pertama Tak sehingga bersabar terhadap dia. Semua orang yang lain agaknya menganggap bahwa guyonan dan kelakar Tak kocak, namun Rena biasanya sekadar memasang senyum palsu lagi tegang saat tidak menyukai sesuatu. Sayangnya bagi Tak, ada banyak adegan Jimmy bersama Jo. Saat jeda, Tak sengaja mengobrol dengan anggota pemeran yang lain namun mengabaikan Rena sesering mungkin. Berkali-kali Rena berusaha mengobrol dengan dia, namun Tak menanggapinya hanya dengan sepatah kata saja.

 

=

 

Suatu Senin pada awal Mei, Tak menyadari bahwa kedoknya tersingkap. Ia mendapat banyak pesan teks dari anggota tim rugbinya baik dalam bahasa Jepang maupun bahasa Inggris. “Wan-derful!” “Guk, guk!” “Hi, Jimmy!” Saat ia mengecek surelnya, sama saja. Tidak berapa lama kemudian ia pun memahami yang telah terjadi.

            Salah seorang teman rugbi Tak bersekolah di sekolah internasional yang sama dengan Rena dan berteman dengan cewek itu di Facebook. Rena mengepos tautan ke halaman utama Wan-derful English yang baru di situs web AJE-TV: “Acara TV baruku! Tonton, ya!” Kalau tautannya diklik, muncul foto besar para pemain beserta Tak terpampang jelas-jelas di tengah, sedang memeluk Wan-chan dan menyengir layaknya idiot. Teman rugbi Tak itu mengepos ulang tautan ini di dindingnya dan menyematkan Tak.

            Ada anak lain di sekolah Tak yang dulu juga pernah ikut tim rugbi, sehingga Rabunya satu sekolah sudah mengetahui tentang itu. Malah anak-anak kelas tujuh menghampirinya dan menyapanya dengan “Jimmy”.

            Sedikit banyak, Tak lega karena semuanya terkuak juga sekarang, dan ia menikmati segala perhatian. Tapi, dia marah dengan Rena yang memulai segalanya. Acara TV baruku! Terlebih lagi, ia mendapat permintaan teman dari Rena di Facebook malam itu.

Catatan pribadi: OGAH.

 

=

 

Besok adalah latihan mingguan untuk acara itu. Episode pertama yang diambil gambarnya minggu itu hanya melibatkan Tak, Rena, dan si robot. Trent dan Narelle datang kemudian, begitu pula Shana, karena dia hanya perlu mengisi suara.

            Tak tidak berucap apa pun kepada Rena sampai mereka beristirahat sementara produser dan para penulis membahas perubahan terakhir.

            “Aku lihat pos Facebook-mu! ‘Acara TV baruku! Tonton, ya! Oh, aku kan bintang film terkenal!’” kata Tak, seraya menirukan suara Rena.

            Rena meletakkan kaleng jusnya. “Aku enggak bilang aku bintangnya kok,” tegasnya.

            “Tingkahmu yang begitu,” jawab Tak ketus. Segala frustrasi yang telah dia rasakan sejak hari pertama pun terjungkir keluar. “Kamu itu selalu saja mesti … chanto shita dalam segala hal! Kamu itu Nona Serba Sempurna, tahu enggak!”

            Wajah Rena mendadak kusut dan matanya berkilap.

            Oh, ya ampun, batin Tak. Aku malah bikin dia menangis.

            Tapi Rena tidak menangis. Ia juga mengendus beberapa kali, seolah-olah untuk menenangkan diri, lalu menyesap jus.

            “Begitu, ya, pendapatmu tentang aku?”

            “Yah, kamu enggak pernah berbuat kesalahan. Hanya karena kamu lebih berpengalaman! Ini kan acara TV pertamaku.”

            “Aku juga!” kata Rena.

            Maji de? Masak?” Tak heran. “Kamu mainnya kan … bagus!”

            “Terima kasih,” jawab Rena tersenyum tipis. “Aku banyak berlatih. Aku selalu takut mengacau di depan semua aktor dan kru yang lain,” akunya.

            “Aku juga,” Tak menyetujui. Ia masih tidak memercayai bahwa si Cewek Chanto Shita pendatang baru di dunia TV, sebagaimana dia.

            “Jadi, anu, seperti kataku tadi, aku banyak berlatih,” kata Rena, sembari minum jus lagi. “Kalau mau, aku bisa …” suaranya memelan, tidak yakin Tak berminat dengan kelanjutan perkataannya.

            “Kamu bisa apa?” dorong Tak.

            “Yah, aku bisa, anu, berlatih bareng kamu.” Ia melirik Tak sehingga cowok itu pun mengangguk. “Aku gugup sekali sebelum syuting episode pertama sehingga Mom meminta bantuan agenku. Dia meminta produser supaya aku bisa bicara dengan Narelle, sehingga kami berhubungan lewat Skype dan melatih dialogku. Aku sangat terbantu. Mungkin kita bisa berlatih di Skype atau manalah … Jumat sepulang sekolah?” tanyanya ragu. “Anu, kamu punya Skype?”

            Tak mengangguk. Gagasan Rena boleh juga. “Jumat malam biasanya ada waktu luang. Kamu mau coba buat minggu depan?”

            “Oke.” Rena terlihat jauh lebih riang sekarang. “Ide yang … wan-derful!”

            “Memang,” Tak menyengir. “Tapi biar aku saja yang guyon.”

Catatan pribadi: Cari dia di Facebook. Untuk ukuran cewek chanto shita, dia lumayan juga.

 

Louise George Kittaka orang Selandia Baru yang tinggal di Tokyo bersama keluarganya dan tiga ekor kucing. Ia editor dan penulis lepas untuk penerbitan di bidang pendidikan, dan juga bekerja bersama para remaja berkebutuhan khusus. Ia pernah menjadi penulis pendamping untuk dua buku pengasuhan berbahasa Jepang mengenai pemakaian bahasa Inggris bersama anak-anak. www.mamabaka.com


Cerpen ini diterjemahkan dari "Just Wan-derful" dalam Tomo: Friendship Through Fiction—An Anthology of Japan Teen Stories, disunting dan diberi kata pengantar oleh Holly Thompson, diterbitkan oleh Stone Bridge Press, California, edisi pertama, 2012.



[1] Suara bernada tinggi yang dibuat-buat.

[2] Yoga yang dilakukan dalam ruangan bersuhu panas.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...