Anak batinku hidup dalam ketakutan dikatai cengeng, dianggap lemah. Orang tuaku sering kali meremehkan kesakitanku. "Ayolah, cuma begitu saja kan!" atau sama sekali menyangkalnya "Kamu ini anak yang cengeng. Tidak ada yang perlu ditangisi". Aku menahan napasku dan mengepalkan kedua tanganku dan mendorong balik air mata jauh ke dalam, hingga hari ini.
Hari ini aku akan merengkuh anak batinku dengan cinta dan mengizinkan diriku untuk menangis. Air mataku mengandung luka lama dari lubuk hati, mengalir naik hingga tertumpah, melimpah ruah, merabas bebas. Aku merasakan rasa sakit dan luka meninggalkan ragaku seiring dengan air mata membasuh penderitaan dan ketegangan yang kutanggung sejak lama.
Aku mengizinkan anak batinku menangis dan tersedu hingga tidak ada lagi air mata yang timbul. Aku menyadari betapa ringannya perasaanku. Aku memberi tahu anak batinku bahwa kapan pun ia sedih atau tersakiti, ia dapat membolehkan air matanya mengalir. Menangis itu tidak apa-apa.
dari Affirmations for the Inner
Child oleh Rokelle Lerner (Health Communications, Inc., Deerfield
Beach, Florida, 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar