Aku masih memiliki
kebutuhan-kebutuhan dan itu tidak apa-apa!
Jerit kebutuhan meledak dari
paru-paru seorang bayi tanpa malu. “Perutku sakit!” teriaknya kuat-kuat. “Tolong
isikan dengan yang hangat dan menenangkan.”
“Gendong aku,” seorang anak
lainnya berteriak sembari menangis tanpa kata. “Sentuh aku, ayun aku,
dekat-dekatlah.”
Bahkan sebagai orang dewasa,
kebutuhan terdalam kita menjerit-jerit. Kita juga perlu diisi, disentuh,
dicintai, dan dibuai. Anak batin kita memanggil kepada orang-orang di sekitar
kita agar merawat kita dan memuaskan kebutuhan kita untuk diasuh. Dengan malu,
aku telah menyembunyikan berbagai kebutuhanku dan menolak untuk menyerukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar