Aku akan mengakui ketakutanku pada penelantaran.
Sewaktu aku kecil, orang tuaku menelantarkanku secara emosional. Mereka dingin, pemuram, dan mementingkan diri sendiri. Hanya sesekali saja mereka bersikap penyayang dan itu pun dengan pamrih.
Saat berhubungan sebagai orang dewasa, aku masih merasakan ketakutan yang sama dalam perutku. Anak dalam diriku masih merasa ngeri akan kemungkinan ditelantarkan secara emosional. Kata, nada, gestur, atau yang kurang dari itu dapat mendorongku bertindak dengan cara yang kupikir akan mencegah teman atau kekasih meninggalkanku. Namun perilakuku yang lancung itu hanya memperkuat pesan rasa malu yang menyatakan aku tidak akan pernah dapat diterima orang lain sebagaimana adanya. Pada akhirnya permainan peranku serta sikap menyenangkan orang sekadar usaha untuk mengendalikan orang lain serta menjaga mereka agar tidak meninggalkanku.
Hari ini aku tidak akan menuruti ketakutanku pada penelantaran. Aku akan menjadi diriku sendiri disertai rasa percaya diri, dan mengetahui seberapa besar yang mesti kuberikan dalam hubungan mana pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar