“Kau dengar suara itu?” si istri berbisik, sambil
bersanggakan sebelah sikunya di kasur, dan membelalakkan mata.
“Suara apa?” tanya suaminya yang mengantuk.
“Suara itu sepertinya dari halaman. Ada orang di atap,
atau di dapur,” ujar si istri ketakutan.
“Bangun. Periksa anak-anak, aku mau ambil pistol,”
perintah si suami, nadanya menyuruh diam. Ia sudah bangun betul-betul.
Sementara si istri berjingkat cepat menuju kamar
anak-anak, si suami mengeluarkan pistol dari lemari, memastikannya terisi dan
siap untuk ditembakkan. Si suami mengenakan selopnya, lantas mendengar dengan
lebih jelas bahwa ada orang di bagian belakang rumah, barangkali di dapur.
Lampu belum dinyalakan dan sepasang suami-istri itu bergerak sehening mungkin.
Dari pintu kamar, si suami memberi isyarat pada istrinya untuk tetap
bersembunyi. Si suami menunggu, lalu, saat mengira saatnya sudah pas,
pelan-pelan ia bergerak menuju dapur dan mendapati seseorang tengah memunggunginya, sekitar
empat meter di depannya, dan membukai laci serta memasukkan apa pun yang
ditemukannya ke sebuah kantong. Seketika si suami berpikir bahwa jika ia
bersuara, lelaki itu mungkin akan menyerangnya. Jadi tanpa pikir panjang lagi,
si suami membidik dan menembak punggung lelaki itu dua kali. Si istri mendengar
dua ledakan keras, bagai mercon dalam kegelapan entah di mana, dan berlari
mencari suaminya.